FLASHBACK....
“aku benci orang tuaku! Aku ingin
hidup sendiri! Aku ingin hidup sendiri!” teriak seorang anak kecil yang tengah
dikurung di dalam kamarnya tanpa alasan yang jelas.
BOOM!
“hwa!” anak itu kaget karena suara
ledakan tadi.
“kau yakin, nak?” tanya seseorang yang
memiliki mata berpupil kuning keemasan
“aku akan mengabulkan permintaanmu.
Hidupmu akan lebih baik. Uang yang mengucur dengan sendirinya, banyak budak,
dan satu lagi... kau akan menjadi seorang pemimpin. Dan semua orang
menghormatimu. Kau mau itu? Lalu tidak ada orang tuamu yang kacau itu. Kau
bebas!” ujar orang aneh itu
“iya! Aku mau! kabulkanlah!” ujar anak
itu
“baiklah, besok di malam hari kau akan
mendapatkan berita bahagiamu itu. Tapi ada syaratnya...” ujar orang itu
menggantung
“syarat?”
END
OF FLASHBACK.
“kekeke! Kepala sekolah sialan, aku
ingin kau memberikan dana untuk kegiatan klub american football!” paksa Hiruma
“ta.. Tapi... Bukannya kau punya
banyak uang? Klub lain juga butuh uang dan aku kewalahan karenanya” ujar kepala
sekolah berusaha menolak dengan halus
“who cares? Me? Noooo, I don’t care”
ujar Hiruma sambil menodongkan AK47 kesayangannya
Dan perdebatan itu dimenangkan oleh
Hiruma, seperti biasanya. Setelah ia memastikan kepala sekolah mentransfer uang
itu, Hiruma beranjak keluar dari ruang kepala sekolah dan berjalan menuju ruang
klub American Football.
“nih, beli sepatu khusus lapangan
rumput, beli 2 bola amefuto, dan beli protector baru untukku, si cebol, dan si
gendut sialan itu. CEPAAAAT!” perintah Hiruma kepada 3 bersaudara HAHA dengan
menekan kata ‘cepat’ barusan.
“mou, Hiruma-kun! Sebaiknya kau
bersikap lebih lembut pada mereka!” bentak Mamori
“lembut? Seperti krim dari sus sialan
yang biasa kau makan itu? Hell.... NO” tolak Hiruma sambil duduk di atas meja
“jangan mengejek sus dari Kariya yang
rasanya enak karena adonannya memakai susu segar dan bla-bla-bla” Mamori
memulai pidatonya
Hiruma hanya membiarkannya berpidato
sementara ia sendiri memasang headset yang ia sambungkan ke laptopnya agar
telinganya tidak terinfeksi pidato dari managernya itu. Yang ada disana –Sena,
Suzuna, Monta, Yukimitsu- hanya bisa sweatdrop melihat keduanya.
TEK!
Waktunya
berhenti.
“hey, apa kau sudah selesai
berpidato?” tanya Hiruma sambil melepaskan headsetnya karena merasa cekcokan
dari Mamori sudah berakhir.
Ia memandang Mamori yang hanya diam
tanpa menjawabnya. Namun dengan pose seperti ia biasa berpidato tentang betapa
enaknya sus Kariya kesukaannya itu. Lalu ia memandang ke yang lain. Sama.
Mereka diam tanpa kata dan tidak bergerak sama sekali. Seakan-akan mereka
sedang di pause.
“oi, jangan bercanda” Hiruma mulai
merasa kesal. Berpikir mereka memang sengaja.
“aku tidak bercanda. Kukuku..” kekeh
seseorang dan Hiruma menoleh ke arah suara yang sepertinya tidak asing baginya.
“kau....” Hiruma menatap orang itu
“iya, ini aku” ujarnya
KELANJUTAN
DARI FLASHBACK TADI...
“syarat?” anak itu bingung
“tepat sekali. Syarat. S-Y-A-R-A-T.
Kau mengerti maksudku kan, anak kecil?” tanya orang itu sambil tak lupa
mengejakan kata yang ditanyakan anak itu
“apa syaratnya?” tanya anak itu
“kau akan mati di umurmu yang ke-19.
Apa kau siap?” tanya orang itu
Anak itu memang masih kecil, jadi ia
belum mengerti apa-apa.
“baiklah, kuterima syaratnya” ujar
anak itu setuju
“tulislah namamu disini” ujar orang
itu sambil membuka buku dengan tabel bertuliskan ‘umur 19 tahun’.
Dan anak itu menuliskan namanya. Ia
bernama... Hiruma Youichi.
KEESOKAN
HARINYA DI MALAM HARI (masih flashbacknya)
“nak Hiruma?” panggil seseorang
“ada apa paman?” tanya Hiruma yang
terbangun dari tidurnya
“ayah dan ibumu... Kecelakaan. Dan
mereka berdua meninggal di TKP” ujar pria itu sambil tertunduk
DEG!
“benarkah?” tanya Hiruma
“iya, sekarang paman akan pergi ke
rumah sakit untuk menyiapkan jenazahnya yang akan dikuburkan besok pagi. Kau
mau ikut?” tanya pria itu
“iie, kurasa aku tidak bisa. Maaf
paman” ujar Hiruma sambil masuk dan menutup pintu rumahnya
END
OF FLASHBACK
“10 hari lagi, kau akan mati. Aku
hanya ingin mengingatkanmu saja. Berbuat baiklah pada semua orang jika kau
ingin masuk surga. Kukuku” ujar orang itu sambil menghilang bagaikan asap.
Mulai dari kaki, lalu sampai kepalanya mulai lenyap.
“maaf, setan tidak pernah berbuat
baik” ujar Hiruma setelah orang itu menghilang
Dan waktu mulai berjalan kembali.
Hiruma menoleh ke arah yang lain. Suara Mamori yang masih belum selesai
berpidato terdengar kembali.
“.... kau dengar? Kariya itu tidak
seburuk pemikiranmu!” ujar Mamori mengakhiri pidatonya
“masa bodoh” ujar Hiruma yang entah
mengapa justru tertunduk sambil keluar dari ruang klub dan menutup pintu klub
tanpa membantingnya seperti biasanya.
“kenapa dia?” tanya Mamori
“uuuum, mungkin gara-gara Mamo-nee
terlalu banyak pidatonya?” ujar Suzuna berusaha menduga
“hahaha, biar saja. Suruh siapa
menghina Kariya kesukaanku?” ujar Mamori merasa menang
Di luar, Hiruma sedang berbaring di
atap sekolah. Menatap langit yang sedang cerah. Tak peduli ia merasa silau atau
tidak.
“Kira-chan, disini aku mau bilang
kalau....” ujar seorang pemuda yang ingin menembak perempuan yang ia suka
“iya?” perempuan itu menunggu
“oi, tembak cewek sialan itu di tempat
lain sana. Jangan menggangguku disini!” usir Hiruma
“kamu sengaja ya? Kamu tau kalau
disini ada Hiruma-sama kan? Aku benci kamu!” ujar perempuan itu sambil menampar
pemuda tadi
Dan mereka berdua kembali masuk
kedalam gedung sekolah. Dan Hiruma kembali menatap langit.
“heh, anak kecil” panggil seseorang
“kau lagi” ujar Hiruma sambil melirik
makhluk halus yang tadi mendatanginya sampai repot-repot menghentikan waktu
“mau tau rasanya sakit?” tanyanya
sambil menampakkan wajah mengejek
“sudah cukup rasa sakit yang kuterima.
Jadi, tidak. Terimakasih” ujar Hiruma
dengan muka datar sambil terus menatap langit yang perlahan mulai mendung
“kalau kau mau, aku bisa mendatangkan
hujan lho” ujar makhluk itu
“sekali lagi, tidak. Terimakasih. Tak
perlu repot-repot. Nanti tenagamu habis, lalu perjanjian kita secara tidak
sengaja terhapus begitu saja karena kau mati. Kekekekeke!” balas Hiruma sambil
mengeluarkan kekehannya yang menyeramkan itu
Makhluk itu mengeluarkan kursi kecil
seperti yang biasa kalian pakai kalau mencuci piring lalu mendudukinya.
“kurasa kau memang perlu kuberi rasa
sakit” ujar makhluk itu
“kalau kau kutembak? Apa akan ada efek
tertentu?” tanya Hiruma dengan seringaian khasnya
“hmmmm. Menurutmu?” makhluk itu balik
tanya
“sepertinya tidak. Kekekekeke” Hiruma
terkekeh lagi
“begini, aku kesini bukan bermaksud
basa-basi. Yang tadi sebenarnya serius. Kau akan merasa sakit selama 10 hari
ini. Mungkin akan terasa sangat sakit. Itulah proses kematian semua orang yang
sudah melakukan perjanjian itu denganku. Kau tahu? Yang terakhir masuk jurang
dengan mobil Ferrarinya lho! Kau tahu kenapa? Rasa sakit itu menyerangnya, jadi
ia tidak tahan dan akhirnya masuk jurang! Kukukukuku” dongeng makhluk itu
panjang lebar
“setidaknya korban terakhirmu barusan
bahagia karena Ferrarinya tidak diwariskan pada siapapun dan ikut masuk jurang
bersamanya kan? Kekeke” Hiruma membalasnya
“KRANK!”
teriak makhluk halus itu
mengeluarkan mantera
“bahasa Jerman, huh? Mana? Tidak ada
rasa sakit sama sekali” ejek Hiruma masih diselingi seringaiannya
“bukan sekarang. Tapi nanti, dihadapan
semua orang. Kukuku! Aufwidersehen, Hiruma
Youichi” ujar makhluk itu sambil menghilang seperti tadi
“dia tidak punya cara lain untuk
menghilang apa?” tanya Hiruma yang tentunya tak dijawab
“Hiruma-kun!” panggil Mamori sambil
membuka pintu atap sekolah
“nanda?” tanya Hiruma tanpa menoleh
“kau pikir ini jam berapa? Sudah
waktunya latihan! Perhatikan jam tanganmu itu!” bentak Mamori
“jam 2. Memangnya kenapa?” tanya
Hiruma tanpa melirik jam tangannya
“ayo latihan! Biasanya kau yang paling
rajin kan?! Sudahlah, aku duluan!” teriak Mamori sambil memasuki pintu atap
sekolah
Hiruma berdiri dan mengambil
senjatanya itu lalu memasuki pintu yang sama. Setelah keluar dari gedung
sekolah, ia tiba di lapangan. Tak ada seorangpun disana. Dengan geram ia
memasuki ruang klub.
BRAK!
“kalian pikir ini jam berapa?! Keluar
dan latihan sekarang juga!” teriak Hiruma
“HIE? Baik!” teriak Sena sambil
berlari diikuti member yang lainnya
“kau ini bagaimana? Kalau aku
terlambat sedikit saja, kenapa latihannya belum dimulai juga? Kalian tak perlu
menungguku kan?” Hiruma memarahi Mamori
“tapi mereka baru datang! Jangan
seenaknya menyiksa temanmu sendiri!” bentak Mamori
Hening....
“teman nae?” gumam Hiruma yang
tentunya didengar Mamori
Hiruma langsung mengganti pakaiannya
tanpa kembali memperhatikan Mamori yang masih marah padanya. Setelah dirasa
siap, ia keluar dari ruang klub dan memulai latihan.
“anggota sialan! Menu latihan hari ini
adalah lari keliling lapangan 15 kali, latihan catching, dan passing!” Hiruma
memberi tahu menu latihannya
“chotto, Hiruma-san. Passing?” tanya
Sena sambil memiringkan sedikit kepalanya
“tentu. Kau kira aku salah ngomong
hah? Passing ini berguna untuk mengoper bola. Tapi jangan pikir macam-macam.
Hanya short pass saja. Berlatihlah sekuat tenaga pada menu yang satu ini.
Terutama kau! Monyet sialan!” ujar Hiruma sambil menunjuk Monta
“MUKYAAAA?! Kenapa harus melempar?!
Aku tidak punya kontrol!” teriak Monta
Dan latihan dimulai seperti biasa.
Semua member yang sampai K.O, pingsan, seragamnya kotor, dan lainnya. Berjalan
tanpa ada kendala seperti biasanya. Dan latihan selesai lebih awal. Jam 6 sore.
“latihan hari ini cukup sampai disini!
Kalian boleh pulang, dan beristirahatlah!” teriak Hiruma yang disambut kesenangan
semua member yang kelelahan
“ini yang kusuka dari Hiruma-san. Ia
menganjurkan kita untuk beristirahat. Meskipun ia bertindak terlalu tegas, tapi
tetap saja ia baik. Ia juga punya rasa lelah seperti kita kan?” ujar Sena pada
Monta
“oooooh! Aku mengerti maksudmu, Sena”
setuju monta sambil menunjukkan jempolnya pada Sena dan hanya Sena balas dengan
senyuman
Setelah semuanya pulang, Hiruma pulang
terakhir. Tanpa pergi kemanapun, ia berjalan ke apartementnya yang letaknya
entah dimana.
“see? Tidak terjadi apa-apa padaku
kan?” batin Hiruma mengejek makhluk yang tadi memberinya mantera
KEESOKAN
HARINYA.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar