Blogroll

Selasa, 17 September 2013

10 Days Before I Die - an Eyeshield 21 Fanfiction



FLASHBACK....
          “aku benci orang tuaku! Aku ingin hidup sendiri! Aku ingin hidup sendiri!” teriak seorang anak kecil yang tengah dikurung di dalam kamarnya tanpa alasan yang jelas.
          BOOM!
          “hwa!” anak itu kaget karena suara ledakan tadi.
          “kau yakin, nak?” tanya seseorang yang memiliki mata berpupil kuning keemasan
          “apa maumu?” tanya anak itu
          “aku akan mengabulkan permintaanmu. Hidupmu akan lebih baik. Uang yang mengucur dengan sendirinya, banyak budak, dan satu lagi... kau akan menjadi seorang pemimpin. Dan semua orang menghormatimu. Kau mau itu? Lalu tidak ada orang tuamu yang kacau itu. Kau bebas!” ujar orang aneh itu
          “iya! Aku mau! kabulkanlah!” ujar anak itu
          “baiklah, besok di malam hari kau akan mendapatkan berita bahagiamu itu. Tapi ada syaratnya...” ujar orang itu menggantung
          “syarat?”
END OF FLASHBACK.
          “kekeke! Kepala sekolah sialan, aku ingin kau memberikan dana untuk kegiatan klub american football!” paksa Hiruma
          “ta.. Tapi... Bukannya kau punya banyak uang? Klub lain juga butuh uang dan aku kewalahan karenanya” ujar kepala sekolah berusaha menolak dengan halus
          “who cares? Me? Noooo, I don’t care” ujar Hiruma sambil menodongkan AK47 kesayangannya
          Dan perdebatan itu dimenangkan oleh Hiruma, seperti biasanya. Setelah ia memastikan kepala sekolah mentransfer uang itu, Hiruma beranjak keluar dari ruang kepala sekolah dan berjalan menuju ruang klub American Football.
          “nih, beli sepatu khusus lapangan rumput, beli 2 bola amefuto, dan beli protector baru untukku, si cebol, dan si gendut sialan itu. CEPAAAAT!” perintah Hiruma kepada 3 bersaudara HAHA dengan menekan kata ‘cepat’ barusan.
          “mou, Hiruma-kun! Sebaiknya kau bersikap lebih lembut pada mereka!” bentak Mamori
          “lembut? Seperti krim dari sus sialan yang biasa kau makan itu? Hell.... NO” tolak Hiruma sambil duduk di atas meja
          “jangan mengejek sus dari Kariya yang rasanya enak karena adonannya memakai susu segar dan bla-bla-bla” Mamori memulai pidatonya
          Hiruma hanya membiarkannya berpidato sementara ia sendiri memasang headset yang ia sambungkan ke laptopnya agar telinganya tidak terinfeksi pidato dari managernya itu. Yang ada disana –Sena, Suzuna, Monta, Yukimitsu- hanya bisa sweatdrop melihat keduanya.
TEK!
Waktunya berhenti.
          “hey, apa kau sudah selesai berpidato?” tanya Hiruma sambil melepaskan headsetnya karena merasa cekcokan dari Mamori sudah berakhir.
          Ia memandang Mamori yang hanya diam tanpa menjawabnya. Namun dengan pose seperti ia biasa berpidato tentang betapa enaknya sus Kariya kesukaannya itu. Lalu ia memandang ke yang lain. Sama. Mereka diam tanpa kata dan tidak bergerak sama sekali. Seakan-akan mereka sedang di pause.
          “oi, jangan bercanda” Hiruma mulai merasa kesal. Berpikir mereka memang sengaja.
          “aku tidak bercanda. Kukuku..” kekeh seseorang dan Hiruma menoleh ke arah suara yang sepertinya tidak asing baginya.
          “kau....” Hiruma menatap orang itu
          “iya, ini aku” ujarnya        
KELANJUTAN DARI FLASHBACK TADI...
          “syarat?” anak itu bingung
          “tepat sekali. Syarat. S-Y-A-R-A-T. Kau mengerti maksudku kan, anak kecil?” tanya orang itu sambil tak lupa mengejakan kata yang ditanyakan anak itu
          “apa syaratnya?” tanya anak itu
          “kau akan mati di umurmu yang ke-19. Apa kau siap?” tanya orang itu
          Anak itu memang masih kecil, jadi ia belum mengerti apa-apa.
          “baiklah, kuterima syaratnya” ujar anak itu setuju
          “tulislah namamu disini” ujar orang itu sambil membuka buku dengan tabel bertuliskan ‘umur 19 tahun’.
          Dan anak itu menuliskan namanya. Ia bernama... Hiruma Youichi.
KEESOKAN HARINYA DI MALAM HARI (masih flashbacknya)
          “nak Hiruma?” panggil seseorang
          “ada apa paman?” tanya Hiruma yang terbangun dari tidurnya
          “ayah dan ibumu... Kecelakaan. Dan mereka berdua meninggal di TKP” ujar pria itu sambil tertunduk
          DEG!
          “benarkah?” tanya Hiruma
          “iya, sekarang paman akan pergi ke rumah sakit untuk menyiapkan jenazahnya yang akan dikuburkan besok pagi. Kau mau ikut?” tanya pria itu
          “iie, kurasa aku tidak bisa. Maaf paman” ujar Hiruma sambil masuk dan menutup pintu rumahnya
END OF FLASHBACK
          “10 hari lagi, kau akan mati. Aku hanya ingin mengingatkanmu saja. Berbuat baiklah pada semua orang jika kau ingin masuk surga. Kukuku” ujar orang itu sambil menghilang bagaikan asap. Mulai dari kaki, lalu sampai kepalanya mulai lenyap.
          “maaf, setan tidak pernah berbuat baik” ujar Hiruma setelah orang itu menghilang
          Dan waktu mulai berjalan kembali. Hiruma menoleh ke arah yang lain. Suara Mamori yang masih belum selesai berpidato terdengar kembali.
          “.... kau dengar? Kariya itu tidak seburuk pemikiranmu!” ujar Mamori mengakhiri pidatonya
          “masa bodoh” ujar Hiruma yang entah mengapa justru tertunduk sambil keluar dari ruang klub dan menutup pintu klub tanpa membantingnya seperti biasanya.
          “kenapa dia?” tanya Mamori
          “uuuum, mungkin gara-gara Mamo-nee terlalu banyak pidatonya?” ujar Suzuna berusaha menduga
          “hahaha, biar saja. Suruh siapa menghina Kariya kesukaanku?” ujar Mamori merasa menang
          Di luar, Hiruma sedang berbaring di atap sekolah. Menatap langit yang sedang cerah. Tak peduli ia merasa silau atau tidak.
          “Kira-chan, disini aku mau bilang kalau....” ujar seorang pemuda yang ingin menembak perempuan yang ia suka
          “iya?” perempuan itu menunggu
          “oi, tembak cewek sialan itu di tempat lain sana. Jangan menggangguku disini!” usir Hiruma
          “kamu sengaja ya? Kamu tau kalau disini ada Hiruma-sama kan? Aku benci kamu!” ujar perempuan itu sambil menampar pemuda tadi
          Dan mereka berdua kembali masuk kedalam gedung sekolah. Dan Hiruma kembali menatap langit.
          “heh, anak kecil” panggil seseorang
          “kau lagi” ujar Hiruma sambil melirik makhluk halus yang tadi mendatanginya sampai repot-repot menghentikan waktu
          “mau tau rasanya sakit?” tanyanya sambil menampakkan wajah mengejek
          “sudah cukup rasa sakit yang kuterima. Jadi, tidak. Terimakasih”  ujar Hiruma dengan muka datar sambil terus menatap langit yang perlahan mulai mendung
          “kalau kau mau, aku bisa mendatangkan hujan lho” ujar makhluk itu
          “sekali lagi, tidak. Terimakasih. Tak perlu repot-repot. Nanti tenagamu habis, lalu perjanjian kita secara tidak sengaja terhapus begitu saja karena kau mati. Kekekekeke!” balas Hiruma sambil mengeluarkan kekehannya yang menyeramkan itu
          Makhluk itu mengeluarkan kursi kecil seperti yang biasa kalian pakai kalau mencuci piring lalu mendudukinya.
          “kurasa kau memang perlu kuberi rasa sakit” ujar makhluk itu
          “kalau kau kutembak? Apa akan ada efek tertentu?” tanya Hiruma dengan seringaian khasnya
          “hmmmm. Menurutmu?” makhluk itu balik tanya
          “sepertinya tidak. Kekekekeke” Hiruma terkekeh lagi
          “begini, aku kesini bukan bermaksud basa-basi. Yang tadi sebenarnya serius. Kau akan merasa sakit selama 10 hari ini. Mungkin akan terasa sangat sakit. Itulah proses kematian semua orang yang sudah melakukan perjanjian itu denganku. Kau tahu? Yang terakhir masuk jurang dengan mobil Ferrarinya lho! Kau tahu kenapa? Rasa sakit itu menyerangnya, jadi ia tidak tahan dan akhirnya masuk jurang! Kukukukuku” dongeng makhluk itu panjang lebar
          “setidaknya korban terakhirmu barusan bahagia karena Ferrarinya tidak diwariskan pada siapapun dan ikut masuk jurang bersamanya kan? Kekeke” Hiruma membalasnya
          KRANK!”  teriak makhluk halus itu mengeluarkan mantera
          “bahasa Jerman, huh? Mana? Tidak ada rasa sakit sama sekali” ejek Hiruma masih diselingi seringaiannya
          “bukan sekarang. Tapi nanti, dihadapan semua orang. Kukuku! Aufwidersehen, Hiruma Youichi” ujar makhluk itu sambil menghilang seperti tadi
          “dia tidak punya cara lain untuk menghilang apa?” tanya Hiruma yang tentunya tak dijawab
          “Hiruma-kun!” panggil Mamori sambil membuka pintu atap sekolah
          “nanda?” tanya Hiruma tanpa menoleh
          “kau pikir ini jam berapa? Sudah waktunya latihan! Perhatikan jam tanganmu itu!” bentak Mamori
          “jam 2. Memangnya kenapa?” tanya Hiruma tanpa melirik jam tangannya
          “ayo latihan! Biasanya kau yang paling rajin kan?! Sudahlah, aku duluan!” teriak Mamori sambil memasuki pintu atap sekolah
          Hiruma berdiri dan mengambil senjatanya itu lalu memasuki pintu yang sama. Setelah keluar dari gedung sekolah, ia tiba di lapangan. Tak ada seorangpun disana. Dengan geram ia memasuki ruang klub.
BRAK!
          “kalian pikir ini jam berapa?! Keluar dan latihan sekarang juga!” teriak Hiruma
          “HIE? Baik!” teriak Sena sambil berlari diikuti member yang lainnya
          “kau ini bagaimana? Kalau aku terlambat sedikit saja, kenapa latihannya belum dimulai juga? Kalian tak perlu menungguku kan?” Hiruma memarahi Mamori
          “tapi mereka baru datang! Jangan seenaknya menyiksa temanmu sendiri!” bentak Mamori
          Hening....
          “teman nae?” gumam Hiruma yang tentunya didengar Mamori
          Hiruma langsung mengganti pakaiannya tanpa kembali memperhatikan Mamori yang masih marah padanya. Setelah dirasa siap, ia keluar dari ruang klub dan memulai latihan.
          “anggota sialan! Menu latihan hari ini adalah lari keliling lapangan 15 kali, latihan catching, dan passing!” Hiruma memberi tahu menu latihannya
          “chotto, Hiruma-san. Passing?” tanya Sena sambil memiringkan sedikit kepalanya
          “tentu. Kau kira aku salah ngomong hah? Passing ini berguna untuk mengoper bola. Tapi jangan pikir macam-macam. Hanya short pass saja. Berlatihlah sekuat tenaga pada menu yang satu ini. Terutama kau! Monyet sialan!” ujar Hiruma sambil menunjuk Monta
          “MUKYAAAA?! Kenapa harus melempar?! Aku tidak punya kontrol!” teriak Monta
          Dan latihan dimulai seperti biasa. Semua member yang sampai K.O, pingsan, seragamnya kotor, dan lainnya. Berjalan tanpa ada kendala seperti biasanya. Dan latihan selesai lebih awal. Jam 6 sore.
          “latihan hari ini cukup sampai disini! Kalian boleh pulang, dan beristirahatlah!” teriak Hiruma yang disambut kesenangan semua member yang kelelahan
          “ini yang kusuka dari Hiruma-san. Ia menganjurkan kita untuk beristirahat. Meskipun ia bertindak terlalu tegas, tapi tetap saja ia baik. Ia juga punya rasa lelah seperti kita kan?” ujar Sena pada Monta
          “oooooh! Aku mengerti maksudmu, Sena” setuju monta sambil menunjukkan jempolnya pada Sena dan hanya Sena balas dengan senyuman
          Setelah semuanya pulang, Hiruma pulang terakhir. Tanpa pergi kemanapun, ia berjalan ke apartementnya yang letaknya entah dimana.
          “see? Tidak terjadi apa-apa padaku kan?” batin Hiruma mengejek makhluk yang tadi memberinya mantera
KEESOKAN HARINYA.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar